Jumat, 27 Maret 2015

Duet Maut Liga Indonesia

Sepak bola merupakan olahraga invasi yang dimainkan oleh 22 pemain di atas lapangan hijau. Setiap pemain memiliki posisi yang berbeda, namun setiap unit posisi dalam satu tim harus tetap satu visi dan misi untuk memenangkan suatu pertandingan. Oleh karena itu, sepak bola identik dengan kerjasama tim. Tetapi, tidak sedikit tim yang memiliki ketergantungan terhadap beberapa pemain, bahkan peran dua atau tiga orang pemain yang menjadi andalan untuk meraih kemenangan.

Berikut duet-duet terbaik yang pernah lahir di persepakbolaan Indonesia.

1. Robby-Yadi-Mulyana
Trio menara milik Persib ini bukan racikan instan seorang Indra M Thohir, pelatih Persib saat itu. Abah Thohir mampu memadukan Robby Darwis (libero) dengan dua stoper lokal (Yadi Mulyadi-Mulyana) dalam formasi 3-5-2. Duet mereka telah memberikan gelar kompetisi Perserikatan edisi terakhir dan gelar juara Liga Indonesia pertama tahun 1995. Dalam babak penyisihan yang menggelar 32 laga, hanya 15 gol yang bersarang ke gawang Anwar Sanusi. Raihan itu menjadi yang terbaik dan lebih bagus dibandingkan pemuncak klasemen wilayah barat, Pelita Jaya, yang kemasukan 10 gol lebih banyak. Di babak delapan besar (3 laga) Persib hanya kebobolan satu gol dan membawa Pangeran Biru lolos ke semi final. Hingga meraih gelar di partai puncak, gawang Persib tetap cleansheet berkat penampilan lugas trio lini belakangnya.

2. Dejan Gluscevic-Peri Sandria
Mereka adalah duet striker Bandung Raya di era Liga Indonesia. Keduanya mampu membawa Bandung Raya lolos ke babak 8 besar di LI I. Pada musim yang dijuarai oleh Persib tersebut, Peri Sandria menyabet gelar top skor dengan 34 gol yang hingga saat ini masih menjadi rekor yang belum bisa dilampaui. Di tahun selanjutnya, giliran Dejan yang menjadi top skor dengan torehan 30 gol dari 33 laga. Tahun itu pula MBR mampu menjadi jawara setelah mengalahkan PSM di partai puncak. Duet ini kembali mampu mengantarkan MBR ke partai final secara berturut-turut di tahun 1997, namun kali ini MBR takluk dari tim Persebaya.

3. Ilham Jaya Kesuma-Zaenal Arief
Persita beruntung memiliki duet striker lokal ini. Pada tahun 2002, Pendekar Cisadane tampil di partai puncak Liga Indonesia  VI karena berkat duet mautnya ini, walaupun gagal meraih gelar juara karena kalah dari PSM dalam perpanjangan waktu. Ilham yang saat itu merupakan tumpuan timnas Indonesia menerima gelar ganda sebagai pemain terbaik dan top skorer dengan menceploskan bola sebanyak 26 gol. Begitupun sang bintang baru Zaenal Arief yang mencetak 17 gol.

4. Supardi-Ridwan
Keduanya telah bersama-sama di tiga tim berbeda, yaitu Sriwijaya FC, Pelita Jaya, dan Persib Bandung. Bersama Sriwijaya, duet yang sering beroperasi di sayap kanan ini berhasil memberikan gelar juara kedua bagi SFC pada LSI edisi ke-4. Begitupun saat pindah membela Persib, pada musim keduanya berkostum Maung Bandung, kedua pemain ini mampu memberikan gelar juara setelah 19 tahun Persib tanpa gelar. Supardi-Ridwan merupakan salah satu otak serangan Persib saat menjuarai SI 2014.

5. Tugiyo-Ali Sunan
Duet ini berhasil membawa PSIS juara Liga Indonesia pada tahun 1999. Kedua pemain ini dikenal memiliki kemampuan berlari yang kencang disertai stamina di atas rata-rata pemain lain. Terdapat kontroversi pada keduanya, konon sebelum bertanding, mereka suka meminum darah ular cobra. Mungkinkah karena efek dari meminum darah cobra tersebut sehingga mereka memiliki stamina yang kuat?

6. De Poras-Hernan Ortiz
Emanuel De Poras adalah salah satu striker tajam pada musm 2006. Tidak sedikit gol yang dibuatnya berasal dari umpan-umpan sang gelandang jabrik, Hernan Ortiz. Duet Ortiz-De Poras berhasil membawa tim Mahesa Jenar lolos ke babak final, namun gagal meraih juara setelah dikalahkan Persik Kediri.

7. Danilo-Fagundez
Liga Indonesia XII merupakan musim terbaik bagi kedua gelandang asing milik Persik Kediri ini. Danilo Fernando, pemain asing yang sangat berpengalaman di Indonesia, mampu berkolaborasi dengan gelandang cerdas nan kreatif, Ronald Fagundez. Peran kedua gelandang ini sangat membantu duet striker tim Macan Putih yang ditempati oleh Budi Sudarsono dan Cristian Gonzales.

8. C Gonzales-Budigol
Sebelum berlaga di Liga Indonesia XII, saya sudah memprediksi bahwa Persik Kediri akan mampu bersaing untuk menjadi juara. Permainan menawan El Loco dkk. sudah terlihat saat mengikuti Piala Emas Bang Yoss. Gonzales yang bertipe sebagai finisher, memiliki duet sekaliber pemain lincah seperti Budi Sudarsono. Kecepatan yang dimiliki si ular piton dan positioning yang baik serta ditunjang dua gelandang kreatif, Persik Kediri dibawa menjadi juara Liga Indonesia 2006.

9. Zah Rahan-Kayamba
Tahun 2007, kompetisi terartas di Liga Indonesia adalah Divisi Utama. Tahun itu, merupakan musim ke XIII, kompetisi masih terbagi ke dalam dua wilayah. Sriwijaya FC, berhasil menjadi juara di kasta tertinggi liga divisi utama sebelum berevolusi menjadi Liga Super Indonesia setahun kemudian. Duet Zah Rahan dan Kayamba Gumbs berhasil membawa tim kebanggaan Palembang ini melaju ke partai puncak yang digelar tanpa penonton di stadion si Jalak Harupat, Bandung. Pada musim tersebut, Zah Rahan meraih gelar pemain terbaik, dan merupakan pemain asing pertama yang meraih gelar best player di kompetisi Liga Indonesia. Ia juga berhasil mencetak gol ketiga ke gawang kosong PSMS yang ditinggal maju Markus Horison di menit-menit akhir pertandingan. SFC menang 3-1 atas PSMS.

Oleh : Indra Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar