30 Juli
1995 silam, Persib Bandung berhasil menjadi kampiun Liga Indonesia pertama
dengan skuat 100% pemain lokal. Pada liga perpaduan kompetisi Perserikatan dan
Galatama ini, Robby Darwis saparakanca
berhasil mengalahkan Petrokimia Putra dengan skor 1-0 melalui gol Sutiono
Lamso. Namun setelah momen bersejarah tersebut, Maung Bandung harus menunggu hampir
dua dekade untuk kembali menjadi yang terbaik di pentas sepak bola nasional.
Tahun 2014, Persib keluar sebagai juara ISL ketika format kompetisi berubah
dibagi menjadi dua wilayah. Selisih yang tepat jika melihat tahun saat Pangeran
Biru meraih gelar juara adalah 19 tahun. Dalam dunia sepak bola, terdapat
istilah siklus dimana sebuah tim bisa meraih gelar juara.
Jika
melihat selisih angka juara Persib saat ini yang berada di angka 19, tentu
semua bobotoh tidak mengharapkan siklus ini dimiliki Persib. Karena jika siklus
ini menaungi Persib, artinya Persib akan kembali juara sembilan belas tahun
kemudian, yakni di tahun 2033, ketika usia Persib mencapai satu abad. Walaupun
meraih gelar juara di usia ke-100 tahun adalah hal yang istimewa, namun
penantian selama sembilan belas tahun adalah penantian yang terlalu lama bagi
tim sebesar Persib.
Saat
ini, dalam sepak bola Indonesia, pemilik siklus juara terpendek adalah
Persipura Jayapura. Terhitung dari kompetisi LSI edisi pertama yang dimulai
tahun 2008 dan berakhir di tahun 2009, tim Mutiara Hitam berhasil meraih gelar
juara sebanyak tiga kali dalam kurun waktu lima tahun. Siklus juara tim yang identik
dengan Boaz Salosa ini hanya terjadi dalam dua tahun sekali. Persipura kembali
meraih juara pada LSI edisi ketiga di tahun 2011, karena di musim sebelumnya
hanya menempati posisi runner up di
bawah Arema yang berhasil merebut Piala dari tanah Papua. Memasuki tahun genap,
2012, Persipura kembali lagi kehilangan mahkota juara setelah tim asal
Palembang, Sriwijaya FC sukses menjadi juara. Posisi Persipura kembali berada
satu tingkat di bawah sang juara, yakni di posisi runner up. Dua tahun setelah menjadi juara di musim 2011, anak-anak
Papua merebut kembali mahkota juara dari bumi Sriwijaya. Tahun 2014, saat
Persipura bersua Persib di partai final ISL di Palembang, penulis yakin
Persipura akan gagal meraih juara. Karena tahun tersebut bukanlah siklus juara
Persipura, melainkan siklus runner up
yang secara kebetulan selalu berada di tahun yang genap. Terbukti, melalui
drama adu penalti, tim Maung Bandung-lah yang keluar sebagai tim juara dan
Persipura pun harus tunduk pada “aturan” siklus yang telah mereka miliki.
Jika
menilik pada catatan di atas, maka keberadaan siklus bukan hanya mitos belaka
dalam sepak bola. Persipura telah membuktikan dengan siklus juara setiap dua
tahun sekali dan runner up dalam
rentan waktu yang sama. Kembali pada Persib, apakah tim kebanggaan Jawa Barat
ini akan kembali juara pada tahun 2033? Tentu para bobotoh sa alam dunya tidak mengharapkan hal itu. Tepis jauh-jauh siklus
juara Persib setiap sembilan belas tahun sekali yang memang belum terbukti.
Persib sebetulnya juga memiliki siklus juara yang pendek, yaitu setiap empat
tahun sekali.
Siklus
ini bermula ketika Persib berhasil menjadi juara pada kompetisi Perserikatan
tahun 1986, saat masih dipimpin oleh kapten Adeng Hudaya. Empat tahun kemudian,
gelar juara kembali diraih Robby Darwis yang juga merupakan gelar keduanya
bersama Persib. Tahun 1994, juga empat tahun setelah Persib meraih gelar juara, “maung-maung” dari tanah Pasundan berhasil memboyong dan membumikan lagi piala
kompetisi Perserikatan edisi terakhir. Bahkan setahun kemudian Persib mampu
meraih juara liga pertama, gelar itu merupakan gelar terakhir kapten tim dan
juga legenda Persib, Robby Darwis yang juga memegang rekor sebagai pemain
Persib yang meraih gelar juara terbanyak bersama tim Pangeran Biru (4 kali juara).
Jika melihat siklus tersebut, ada
harapan dari para bobotoh agar Persib mampu meraih gelar juara lagi dalam tempo
waktu yang tidak terlalu lama. Bahkan bisa saja Persib baru akan memulai
menentukan siklus juara yang sangat pendek seperti Persipura. Karena masa
keemasan Persib telah muncul, saatnya mempertahankan dan memelihara tradisi
juara. Sembilan belas tahun Persib “bertahan” tanpa meraih gelar juara liga,
maka dalam kurun waktu yang lama pula harusnya Persib dapat bertahan dengan
predikat tim juara dengan meraih mahkota dan tropi, bukan tim dengan julukan
“juara tanpa mahkota”. Ayo Sib, susul jumlah bintang yang ada di atas logo
Persipura. Tim dengan jumlah supporter terbesar di Asia Tenggara dan selalu
dihuni para pemain bintang seperti Persib, tentu layak memiliki koleksi gelar
setara atau lebih dari yang dimiliki oleh Persipura, yang juga telah menjelma
menjadi tim besar dalam sepuluh tahun terakhir setelah menjadi juara tahun
2005. Lakukanlah, Sib…!
Penulis,
Indra Jaya
Bobotoh Persib